Ada seorang lelaki bersepeda. Selalu muncul di ujung senja depan rumahku. Bersama senyumnya yang merambat lewat. Melintas diantara kami. Sial! Aku tak pernah bisa melupakan senyum itu. Suatu petang aku menunggunya di beranda. Pasang kuda-kuda, dengan secangkir teh di meja dan komik di muka. Dia datang seperti senja-senja sebelumnya. Ekor mataku siaga. Tiba-tiba dia berhenti.
"Tak usah berpura-pura membaca jika yang kau inginkan sebenarnya adalah menatapku!"
Sial! Candanya menusukku. Tepat di jantung yang seakan berlari menghampirinya.
Bayangan sore itu masih tampak jelas di kepalaku.
Aku, 16 tahun di kala itu
Ya, Tuan..
Aku masih mengenangmu..